HUKUM OHM DAN HAMBATAN JENIS KAWAT
PENDAHULUAN
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar,
karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Bidang Fisika biasanya
dibagi menjadi gerak, fluida, panas,
suara, cahaya, listrik, magnet, dan topik-topik modern. Salah satu topik Fisika
yang sangat penting adalah listrik terutama untuk pembahasan arus listrik.
Karena contoh-contoh dari arus listrik sangat banyak melibatkan banyak profesi
misalnya ahli meteorologi yang mengamati petir dan arus muatan lambat hingga
ahli biologi yang bekerja dalam teknologi medis yang berkaitan dengan arus pada
syaraf yang mengontrol otot dan khususnya mempelajari bagaimana arus tersebut
dapat dibangkitkan kembali setelah terjadinya cedera tulang belakang.
Kami telah melakukan percobaan tentang Hukum Ohm yang
berkaitan dengan arus listrik dan hambatan jenis kawat. Adapun tujuan dari
percobaan ini yaitu: (1) terampil melakukan pengukuran kuat arus listrik dan
beda potensial pada kawat dengan menggunakan alat ukur, (2) memahami pengaruh
luas penampang, panjang kawat, dan hambatan jenis kawat terhadap kuat arus
listrik dan beda potensial, (3) Menentukan hambatan kawat dan hambatan jenis
kawat penghantar, dan (4) memahami Hukum Ohm
. Percobaan ini sangat penting bagi
mahasiswa Fisika karena banyak peralatan yang menggunakan Hukum Ohm dalam
pembuatannya maupun menggunakan hubungan panjang kawat, luas penampang dan
hambatan jenis kawat dengan kuat arus dan beda potensial listrik.
Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh Geoge Simon Ohm
dengan bantuan peralatannya mengemukakan bahwa kuat arus listrik yang mengalir melalui kawat
sebanding dengan luas penampangnya dan berbanding terbalik dengan panjang kawat
tersebut
. Kami memanipulasi luas penampang kawat
logam konduktor, panjang kawat, serta hambatan jenis kawat pada percobaan ini untuk
melihat hubungannya dengan beda potensial listrik dan kauat arus listriknya.
LANDASAN TEORI
Hukum Ohm merupakan penegasan bahwa arus yang melalui suatu
piranti selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan pada
piranti tersebut. Suatu piranti konduksi mematuhi hukum Ohm ketika resitansi
peranti ini tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial yang
diterapkan. Sering diperdebatkan bahwa V
= iR adalah pernyataan dari hukum
Ohm. Itu tidaklah benar, karena persamaan ini adalah persamaan pendefenisian
untuk resistansi dan itu berlaku untuk semua peranti konduksi. Namun, esensi
hukum Ohm adalah plot i terhadap V adalah linear; artinya R tidak bergantung pada V. Sebuah material konduksi mematuhui
hukum Ohm ketika resistivitas material tersebut tidak bergantung pada magnitudo
dan arah medan listrik yang diterapkan
.
Kita dapat merumuskan hukum Ohm dalam cara yang lebih umum
jika kita berfokus kepada material konduksi dan bukan pada peranti konduksi.
Hubungan yang relevan kemudian adalah
=
ρ
, yang bersesuaian dengan V = iR.
Jika pada suatu kawat diberi beda potensial (V) pada ujung-ujungnya dan diukur kuat
arus listrik (I) yang melewati kawat,
maka nilai pengukuran yang diperoleh akan memenuhi persamaan:
V = IR (1)
dengan
R adalah hambatan kawat. Jika beda
potensial diperbesar, maka penunjukan kuat arus listrik juga semakin besar
sebanding dengan kenaikan beda potensial
.
Pada tegangan
1,8 – 4 volt kumparan konsisten terhadap hukum Ohm pada semua medium, namun
pada tegangan 4 – 9 volt kumparan tidak konsisten terhadap hukum Ohm.
Urut-urutan medium dari yang kurang konsisten sampai dengan yang paling tidak
konsisten terhadap hukum Ohm adalah minyak tanah, air, kumparan kawat diberi
angin, dan udara. Dengan keadaan ini maka jika kumparan tersebut akan digunakan
sebagai komponen elektronik yang ikut memberikan andil pada timbulnya hambatan
arus listrik, maka pada pasokan tegangan lebih besar dari 4 volt perlu
dipertimbangkan penggunaan medium untuk mengurangi terjadinya simpangan
terhadap hukum Ohm
Hambatan kawat (resistansi) merupakan karakteristik konduktor
atau properti dari sebuah objek sedangkan hambatan jenis kawat (resistivitas)
merupakan properti dari suatu material. Hambatan jenis kawat dipengaruhi oleh
suhunya. Semakin tinggi suhu bahan tersebut maka hambatan jenisnya semakin
besar. Jika kita mengetahui hambatan jenis kawat maka kita dapat menghitung
resistansinya melalui persamaan berikut:
dengan
A adalah luas penampang melintang
kawat, L adalah panjangnya. Persamaan
(2) di atas dapat diterapkan hanya untuk konduktor isotropik homogen
berpenampang seragam dengan beda potensial diterapkan antara ujung-ujungnya.
Besar hambatan suatu pengantar tidak
dipengaruhi oleh beda potensial antara ujung-ujung kawat. Beda potensial hanya
mempengaruhi kuat arus yang melintas kawat penghantar. Jika kawat penghantar
yang dilalui sangat panjang dan beda potensialnya kecil tentu kuat arusnya yang
melewati kawat tersebut sangat kecil. Hal ini terjadi karena diperlukan energi
yang besar untuk mengalirkan arus listrik pada kawat penghantar yang panjang
.
Tabel 1. Resistivitas Beberapa Material
pada Suhu Kamar (20
)
Material
|
Resistivitas
(Ω m)
|
Perak
|
|
Tembaga
|
|
Emas
|
|
Aluminium
|
|
Mangan
|
|
Wolfram
|
|
Besi
|
|
Platinum
|
|
METODOLOGI PERCOBAAN
Pada
percobaan hukum Ohm dan hambatan jenis kawat, alat dan bahan yang digunakan
yaitu 1 buah perangkat pengukuran resistansi kawat, 1 buah power supply AC/DC 0-12 V, 1 buah multimeter LD analog 20, 1 buah basicmeter dan kabel penghubung
secukupnya. Percobaan ini terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu pengaruh luas
penampang kawat, pengaruh panjang kawat, serta pengaruh hambatan jenis
kawat terhadap beda potensial dan kuat
arus listrik. Percobaan ini
terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu pengaruh luas penampang kawat, pengaruh
panjang kawat, serta pengaruh hambatan jenis kawat terhadap beda potensial dan
kuat arus listrik.
Pada kegiatan pertama merangkai
perangkat yaitu dengan menghubungkan power
supplay dengan perangkat resistansi kawat, kemudian memasang amperemeter
dengan kabel penghubung bermuatan positif dari power supply. Selanjutnya, dengan kabel penghubung, menhubungkan
amperemeter yang bermuatan negatif ke
voltmeter. Kemudian dari voltmeter ke perangkat resistansi kawat kostanta 1 mm (seperti gambar 1). Setelah semua
perangkat terangkai dengan benar, menyalakan power supply dan mengamati amperemeter dengan menaikkan voltmeter
setiap 3 skala. Mencatat hasilnya pada tabel hasil pengamatan. Melakukan
pengukuran kembali dengan diameter kawat knstanta yang lain. Mnecatat hasilnya
pada tabel yang telah ditentukan.
Pada kegiatan kedua merangkai
ssetiap perangkat seperti kegiatan pertama. Setelah rangkaiannya dinyatakan
benar, menyalakan power supply dan
mnegamati amparemeter dengan menaikkan voltmeter setiap 3 skala. Mencatat
hasilnya pada tabel hasil pengamatan. Melakukan pengukuran kembali dengan
diameter kawat yang sama tapi panjang yang berbeda. Mencatat hasilnya pada
tabel yang telah ditentukan.
Pada kegiatan ketiga merangkai
setiap perangkat seperti kegiatan pertama. Setelah rangkaiannya dinyatakan
benar, menyalakan power supply dan
mengamati amparemeter dengan menaikkan voltmeter setiap 3 skala. Mencatat
hasilnya pada tabel hasil pengamatan. Melakukan pengukuran kembali dengan
diameter kawat yang sama tapi jenis kawat yang berbeda. Mencatat hasilnya pada
tabel yang telah ditentukan.
Gambar
1. Rangkaian percobaan hukum Ohm dan hambatan jenis kawat
Identifikasi variabel
Kegiatan 1:
Pengaruh luas penampang kawat, terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
·
Variabel
manipulasi : luas penampang kawat (m2)
·
Variabel kontrol
: jenis kawat dan panjang kawat (m)
·
Variabel Respon
: beda potensial (V) dan kuat arus
listrik (A)
Kegiatan 2: Pengaruh
panjang kawat, terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
·
Variabel
manipulasi : panjang kawat (m)
·
Variabel kontrol
: jenis kawat dan luas penampang kawat (m2
)
·
Variabel Respon
: beda potensial (V) dan kuat arus
listrik (A)
Kegiatan 3: Pengaruh
hambatan jenis kawat, terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
·
Variabel
manipulasi : jenis kawat
·
Variabel kontrol
: luas penampang kawat (m) dan
panjang kawat (m)
·
Variabel Respon
: beda potensial (V) dan kuat arus
listrik (A)
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1:
Pengaruh luas penampang kawat, terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
·
Luas penampang adalah
luas penampang kawat konduktor yang dihitung berdasarkan rumus matematis.
·
Jenis kawat adalah
jenis kawat konduktor yang digunakan yang disebut konstantan dan panjang kawat
adalah panjang kawat dihitung dari ujungnya.
·
Beda potensial besarnya
pembacaan tegangan pada basicmeter, dan kuat arus listrik pembacaan kuat arus
listrik yang dilihat dari multimeter analog.
Kegiatan 2:
Pengaruh panjang kawat, terhadap beda potensial dan kuat arus listrik.
·
Panjang kawat panjang
kawat dihitung dari ujungnya.
·
Jenis kawat jenis
kawat konduktor yang digunakan yang disebut konstantan, dan luas penampang
kawat luas penampang kawat konduktor yang dihitung berdasarkan rumus matematis.
·
Beda potensial
besarnya pembacaan tegangan pada basicmeter, dan kuat arus listrik pembacaan
kuat arus listrik yang dilihat dari multimeter analog.
Kegiatan 3: Pengaruh hambatan jenis kawat, terhadap beda
potensial dan kuat arus listrik.
·
Jenis kawat adalah
kawat yang diukur tegangannya.
·
Luas penampang adalah
luas penampang kawat konduktor yang dihitung berdasarkan rumus matematis, dan Panjang kawat panjang kawat dihitung dari
ujungnya.
·
Beda potensial
besarnya pembacaan tegangan pada basicmeter, dan kuat arus listrik pembacaan
kuat arus listrik yang dilihat dari multimeter analog.
HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
a. Kegiatan
1
NST
BASIC METER = 0,01
NST
MULTIMETER = 0,1
Tabel 1. Beda potensial dan kuat arus
listrik pada kawat dengan diameter berbeda beda
No.
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Kegiatan
2
Tabel
2. Beda potensial dan kuat arus listrik dengan panjang berbeda
No.
|
|
|
||
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
c. Kegiatan
3
Tabel
3. Beda potensial dan kuat arus listrik pada jenis kawat berbeda
No.
|
|
|
||
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
Analisis Grafik
a. Kegiatan
1
b. Kegiatan
2
1)
Untuk
0.9982
2)
Untuk
0.9757
c. Kegiatan
3
ANALILSIS PERHITUNGAN
a) Kegiatan 1
b) Kegiatan 2
1) Untuk
2) Untuk
c) Kegiatan 3
ANALISIS KETIDAKPASTIAN
a) Kegiatan 1
b) Kegiatan 2
1) Untuk
2) Untuk
c) Kegiatan 3
PEMBAHASAN
SIMPULAN
.
REFERENSI
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Fisika
Dasar 2. Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Fisika
Dasar 2. Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Somantri Sandi, Moh. Toifur, dan Sujadi. 2010.
Konsistensi Hambatan Kawat Kumparan Terhadap Hukum Ohm pada Berbagai Medium. Jurnal: Program Magister Pendidikan
Fisika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Haritiarto, Eko. 2012. “Hambatan pada Suatu
Kawat Penghantar”. http://ekoharitiarto.blogspot.com/. Online. Diakses tanggal 10 Maret 2013.
kok kamu buat blog tapi backgroundnya begini? gak kebaca euy
BalasHapuskagak mecing bang, kagak kebaca ama yang rabun.......
BalasHapusini blog bikin mata rusak njing
BalasHapus